Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Faperta UNG Melakukan Praktikum Lapangan di BMKG Bone Bolango

Oleh: Laode Muhamad Irsan . 19 Mei 2025 . 22:33:37

Bone Bolango — Pada Senin, 19 Mei 2025, puluhan mahasiswa Jurusan Agroteknologi dari salah satu perguruan tinggi di Gorontalo melaksanakan kegiatan praktikum lapangan di Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bone Bolango. Kegiatan ini merupakan bagian dari praktikum Mata Kuliah Pemanasan Global dan Perubahan Iklim yang bertujuan untuk memberikan pemahaman langsung kepada mahasiswa terkait hubungan antara perubahan kondisi cuaca dan iklim dengan pengaruhnya pada aktivitas pertanian.

Kegiatan praktikum ini dibuka secara resmi oleh Kepala BMKG Bone Bolango, Merpati Teodoris Nalle, S.TP., yang menyambut hangat kehadiran para mahasiswa dan dosen pendamping. Dalam sambutannya, Merpati menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini merupakan bentuk sinergi yang sangat penting antara dunia pendidikan dan institusi pelayanan publik seperti BMKG. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sambutan dan pengantar materi dari Dosen Pengampu Mata Kuliah, Laode Muhamad Irsan, S.Pd., M.Sc., yang menyampaikan pentingnya pemahaman dasar meteorologi dan klimatologi dan praktikum lapangan bagi mahasiswa Agroteknologi dalam mendukung produktivitas pertanian kedepan, terlebih di tengah perubahan iklim yang kian terasa dampaknya.

Materi pertama yang disampaikan adalah tentang Literasi Meteorologi dan Klimatologi untuk Pertanian, yang dibawakan oleh tim dari BMKG Bone Bolango. Dalam sesi ini, mahasiswa diajak untuk memahami konsep dasar meteorologi dan klimatologi, termasuk perbedaan mendasar antara cuaca dan iklim, serta bagaimana kedua hal ini memengaruhi sistem pertanian secara langsung maupun tidak langsung. Pemateri menjelaskan bahwa literasi terhadap informasi meteorologi dan klimatologi sangat krusial, terutama dalam perencanaan musim tanam, pemilihan jenis tanaman yang sesuai, serta penentuan waktu yang tepat untuk penanaman dan panen. Selain itu, mahasiswa juga diberi pemahaman mengenai fenomena-fenomena iklim ekstrem seperti El Niño dan La Niña yang bisa berdampak besar terhadap pertanian. Misalnya, El Niño yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan dapat mengancam hasil produksi pertanian, sementara La Niña yang membawa curah hujan tinggi bisa menyebabkan banjir dan gagal panen.Para mahasiswa terlihat antusias mengikuti penjelasan, terlebih ketika diberikan studi kasus nyata yang pernah terjadi di wilayah Gorontalo, di mana ketidaksesuaian antara musim tanam dan pola cuaca menyebabkan penurunan hasil pertanian secara signifikan.

Materi kedua pada kegiatan praktikum ini adalah Pengenalan Alat-Alat Pengamatan Cuaca dan Iklim. Sesi ini dilakukan secara langsung di lapangan, di mana mahasiswa diajak berkeliling untuk melihat dan memahami cara kerja berbagai alat yang digunakan BMKG dalam mengumpulkan data cuaca dan iklim. Beberapa alat yang diperkenalkan dalam sesi ini antara lain:Termometer Maksimum dan Minimum, Higrometer, Anemometer, Penakar Hujan Ombrometer, Campbell-Stokes Sunshine Recorder dan berbagai alat lainnya.Tim BMKG menjelaskan cara kerja masing-masing alat secara rinci, termasuk bagaimana data dikumpulkan, dicatat, dan dikirim ke pusat data BMKG untuk diolah menjadi informasi yang bisa digunakan oleh berbagai sektor, termasuk pertanian. Dalam sesi ini, mahasiswa juga diperkenalkan pada Automatic Weather Station (AWS), yakni sistem pengamatan otomatis yang mampu merekam data cuaca secara real-time dan mengirimkannya langsung ke pusat data secara daring. Dengan sistem ini, proses pengamatan menjadi lebih efisien dan akurat.

Kegiatan praktikum ini tidak hanya memberikan pengalaman lapangan yang berharga, tetapi juga memperkuat pemahaman mahasiswa tentang bagaimana data cuaca dan iklim dapat diintegrasikan dalam perencanaan usaha tani. Kegiatan ditutup dengan sesi diskusi interaktif antara mahasiswa dan pihak BMKG. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis, seperti bagaimana cara petani mengakses data cuaca harian, serta bagaimana akurasi prediksi cuaca dalam konteks pertanian lokal. Diskusi ini berlangsung dengan dinamis dan membuka ruang kolaborasi lebih lanjut antara BMKG dan perguruan tinggi. 

Dengan melalui kegiatan praktikum ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga membawa semangat untuk menerapkan ilmu tersebut di masyarakat serta mendukung ketahanan pangan nasional melalui pemanfaatan informasi cuaca dan iklim yang akurat dan berkelanjutan.

Agenda