Dalam upaya mendorong pertanian berkelanjutan, pengelolaan sampah organik menjadi kunci penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem serta meningkatkan produktivitas pertanian. Salah satu solusi yang mulai diterapkan di berbagai daerah adalah pengelolaan sampah organik secara terpadu, yang tidak hanya mengurangi volume sampah tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi sektor pertanian.
Menurut para ahli lingkungan, sampah organik, seperti sisa makanan, dedaunan, limbah rumah tangga dan limbah pertanian seperti limbah jagung, sering kali terbuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir, menyebabkan masalah pencemaran lingkungan yang semakin parah. Namun, jika dikelola dengan tepat, sampah organik dapat diubah menjadi kompos atau pupuk organik yang sangat berguna untuk memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan hasil pertanian.
Pengelolaan sampah organik secara terpadu melibatkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor pertanian memalui Program KKN MBKM oleh mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian di Desa Huluduotamo Kabupaten Bone Bolango, Universitas Negeri Gorontalo telah melakukan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat sebagai salah satu program KKN MBKM pada hari Rabu 04 September 2024 bertempat di Kantor Desa Huluduotamo Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dengan Narasumber Dr. Ir. Rida Iswati, M.Si dan Angry Pratama Solihin, SP, M.Sc yang dihadiri oleh Kepala Desa Huluduotamo dan Aparat Desa, Kepala BBP Suwawa, Kepala BP4S Bone Bolango serta Kelompok Tani dan Masyarakat setempat. Kegiatan pengabdian tersebut memberikan informasi sekaligus praktek pengelolaan kompos yang dipandu oleh Hasna Dama, SP, M.Si memlalui sistem pemilahan sampah yang sudah diterapkan dengan baik, sehingga sampah organik dapat dipisahkan sejak dini dan diproses lebih lanjut menjadi pupuk kompos.
Gambar 1 : Pemberian materi oleh Narasumber kepada Kelompok Tani dan Masyarakat setempat
Gambar 2 : Tim Kolaboratif Dosen, Kepala Desa, Kepala BBP Suwawa, BP4S Kabupaten Bone Bolango
Selain itu, pengelolaan sampah organik terpadu ini membuka peluang ekonomi baru. Para petani dapat memanfaatkan pupuk organik yang dihasilkan dari sampah rumah tangga untuk memperbaiki kualitas tanah mereka, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dalam jangka panjang. Ini juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk terlibat dalam usaha pengolahan sampah organik, baik sebagai pengumpul maupun pengolah.
Gambar 3 : Proses pembuatan Kompos dr limbah jagung dengan bahan pengurai Trichoderma SPP
Di tingkat nasional, pemerintah mulai memberikan insentif bagi daerah-daerah yang berhasil mengelola sampah organik dengan baik. Program ini diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan meningkatkan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Melalui pengelolaan sampah organik terpadu, diharapkan tidak hanya tercipta lingkungan yang lebih bersih dan sehat, tetapi juga pertanian yang lebih produktif dan ramah lingkungan.
Pengelolaan sampah organik terpadu untuk pertanian berkelanjutan merupakan langkah maju dalam menjaga keseimbangan alam, serta menciptakan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sebagai bagian dari upaya untuk mencapainya, setiap lapisan masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam program pengelolaan sampah, yang tidak hanya memberikan manfaat bagi sektor pertanian, tetapi juga untuk generasi masa depan.
Gambar 4 : Foto Bersama Mahasiswa KKN MBKM Desa Huluduotamo